Rabu, 30 April 2014

KARANGAN ILMIAH

Karangan Ilmiah, Non Ilmiah dan Semi Ilmiah (Populer)
Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan di tulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Dapat juga diartikan sebagai tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu. Disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggung jawabkan kebenaran atau keilmiahannya. Karangan ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Objektif, keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, dan tidak dimanipulasi.
Netral, kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok.
Sistematis, uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
Logis, kelogisan ini bisa di lihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif.
Menyajikan fakta, bukan emosi atau perasaan.
Tidak pleonatis, maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit.
Menggunakan ragam bahasa formal.

karangan ilmiah populer
yaitu pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca & dipahami, fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berfikir keilmuan
Ciri-ciri Karangan ilmiah Populer
a.    Sasaranya masyrakat umum atau awam
b.    Kata – katanya sederhana ,mudah didentifikasi dan dipahami
c.    Tidak memuat hiptesis
d.    Isi dan judul harus informative dan mudah di tangkap maksudnya
e.    Karangan ilmiah populer disusun seperti kerucut terbalik
f.     Menggunakan bahasa yang komunikatif.
Secara bahan menyajikan fakta objektif, bisa juga fiktif.
Secara penyajian, menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu formal tetapi tetap taat asas, di susun secara sistematis, tidak memuat hipotesis.
 Sikap penulis, tidak memancing pertanyaan yang meragukan perasaan pembac agar seolah-olah mereka menghindari sendiri.
 Simpulan, membiarkan fakta berbicara sendiri, sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembacanya untuk berpikir aplikasinya.
Sasaran masyarakat umum atau awam.
Menggunakan kata-kata sederhana, mudah didentifikasi dan dipahami.
Tidak memuat hipotesis.
Isi dan judul harus informative dan mudah di tangkap maksudnya.
Karangan ilmiah popular di susun seperti kerucut terbalik.
Menggunakan bahasa yang komunikatif.
Kerangka Karangan Ilmiah Populer
a.    Pendahuluan
b.    Tubuh tulisan
c.    Penutup        
Langkah- langkah Menulis Karangan Ilmiah Populer
a.    Menelaah tema
b.    Menguji kelayakan topik
c.    Mengumpulkan bahan sumber tulisan
d.    Menyusun kerangka
e.    Mengembangkan kerangka(Soesena, 1993: 77)

KARANGAN NON ILMIAH
Karangan non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Bersifat subjektif, tidak di dukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa di gunakan (tidak formal). Karangan non ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Emotif, kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
Persuasif, penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
Deksriptif, pendapat pribadi, sebagian imajinatif, dan subjektif.
Kritik tanpa dukungan bukti.
http:// girlycious09.wordpress.com/tag/cirri-ciri-karya-non-ilmiah/
http://kiarukayaah.blogspot.com/2013/10/pengertian-karangan-ilmiah-populer-dan_30.html
http://carideny.blogspot.com/2014/04/karangan-ilmiah-non-ilmiah-dan-semi.html

METODE ILMIAH

METODE ILMIAH

Pengertian

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.



Langkah-langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah.
Merumuskan hipotesis.
Mengumpulkan data.
Menguji hipotesis.
Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Tujuan dari Metode Ilmiah

Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa poin dari tujuan dan manfaat seseorang atau peneliti mempelajari metode ilmiah, yaitu :
Mengetahui tata cara penulisan ilmiah.
Dapat menyusun fakta yang nyata dan data tersusun secara sistematis.
Menambah wawasan dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah.
Mengetahui bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.
Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti, untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula.
Sikap-sikap ilmiah meliputi:
Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.
Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.
Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
yuyunchelsea.wordpress.com/2012/11/07/sikap-ilmiah/
http://nabella2326.blogspot.com/2012/06/metode-ilmiah.html
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-ilmiah.html

RESENSI BUKU IBLIS MENGGUGAT TUHAN

                                    JuduI iblis Menggugat Tuhan : The Madness of God (Edisi Baru)
                                    Penulis Daud Ibrahim Shawni
                                    Penerbit Dastan Books
                                    Tanggal terbit September - 2005
                                    Jumlah Halaman 160
                                    Jenis Cover Softcover
                                    Dimensi(L x P) 115x170mm
                                    Kategori Filosofi
                                    Text Bahasa Indonesia ·

SINOPSIS

Polemik ketuhanan merupakan sebuah polemik yang entah kapan berakhirnya bagi para filsafat. Berbagai cara dilakukan untuk mengenali keberadaan Tuhan. Namun, hasilnya hanyalah ke sia-siaan, mereka justru tersesat, karena berupaya menyifati Tuhan sebagaimana sifat manusia. 
Logikamu tak mampu mengukur
apalagi menjelaskannya
tahanlah diri, karena tak sanggup kau cerna
jangan abaikan beban ini
keseimbanganmu cacat adanya
 apalagi jadi alasan, 
jadi pengemis untuk mengeluh

 Dilihat dari judul buku ini sungguh benar - benar berani. Terlebih lagi dengan isi buku ini, pembaca buku ini akan diajak berimajinasi liar tentang proses pengusiran Iblis oleh Allah subhanahu wa ta'ala dari surga. Di awal buku ini penulis sudah mengingatkan kepada pembaca tentang bahayanya mempertanyakan keberadaan Tuhan alam semesta ini. Di ceritakan ketika Nabi Sulaiman alaihissalam ditanya oleh Ratu Bilqis berbagai macam pertanyaan dan Sulaiman pun bisa menjawabnya, akan tetapi ketika pertanyaan terakhir yang bunyinya "Coba jelaskan tentang Tuhanmu?" maka Sulaiman langsung pingsan. Betapa beratnya penjelasan mengenai keberadaan Tuhan, sehingga jangan sesekali pernah menanyakan keberadaannya.

Kisah ini dimulai dari Pendeta Buhaira yang baru saja di ajak berdebat oleh salah satu sekte Kristen tentang konsep ketuhanan. Hal itulah yang membuat sang Pendeta mengalami keraguan dan kebimbangan teologis yang mendalam. Hingga akhirnya dia membaca berbagai buku dan yang terakhir dibaca adalah buku ramalan. Ramalan tersebut berisi tentang kedatangan Nabi dan Utusan Tuhan di akhir jaman yang mempunyai ciri - ciri tertentu. Inilah yang menjadi akhir dari kekaacauan teologis sang pendeta.

Singkat kata dia akhirnya bertemu rombongan dari Mekkah, hingga akhirnya menemukan seorang anak yang mempunyai ciri yang mirip di buku ramalan. Ya dialah Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam. Dikisahkan akhirnya Buhaira bertemu Iblis di suatu tempat. Mereka berkomunikasi dan meributkan masalah rahasia Tuhan. Buhaira menuduh bahwa gara - gara Iblis lah sehingga Adam alaihisalam diturunkan ke bumi. Ya karena Iblis tidak mau sujud kepada Adam ketika di awal penciptaan. Akan tetapi Iblis menceritakan bahwa dia tidak mau sujud karena dia hanya mau sujud kepada Allah semata. Dan laknat Allah yang diberikan kepada Iblis adalah bentuk kecintaan Allah kepada Iblis.

Sungguh buku ini benar benar menantang alam pikiran pembaca. Akan tetapi saya sarankan untuk membaca buku ini sebagai karya sastra ketimbang keagamaan atau teologis, karena dikhawatirkan akan membuat pemahaman yang tidak karuan. 

Senin, 24 Maret 2014

INDUKTIF




Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti brigdens, shafel muter, salsa (dan Kripton), free dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

GENERALISASI

Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Contoh :
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.

Macam-macam generalisasi :

Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celanapantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
Sampel harus bervariasi.
Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum

HIPOTESA dan TEORI
Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.
ANALOGI
Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.
HUBUNGAN KAUSAL
Hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kausal) didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : sebab ke akibat, akibat kek sebab, dan akibat ke akibat.
INDUKSI dalam METODE EKSPOSISI
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
a.      Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
b.      Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya


sumber : http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-generalisasi/

DEDUKTIF




Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

SILOGISME KATEGORIAL

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premismayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
   Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
   Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
   Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
   Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
   Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
   Sebagian pejabat korupsi (minor).
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sahdiambil kesimpulan.
Contoh:
   Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
   Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
   Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
   Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
   Kerbau adalah binatang.(premis 1)
   Kambing bukan kerbau.(premis 2)
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
   Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
   Januari adalah bulan.(minor)
Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
   Kucing adalah binatang.(premis 1)
   Domba adalah binatang.(premis 2)
   Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
   Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.
SILOGISME HIPOTETIK
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagianantecedent.
Contoh:
   Jika hujan saya naik becak.(mayor)
   Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
   Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
    Sekarang bumi telah basah (minor).
Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
   Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
   Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

SILOGISME ALTERNATIF

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
   Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
ENTIMEN
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
   Heri jujur atau berbohong.(premis1)
   Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
   Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
   Ternyata tidak di rumah.(premis2)
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
   Hasan berbaju putih atau tidak putih.
   Ternyata Hasan berbaju putih.
Hasan bukan tidak berbaju putih.
Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
   Budi menjadi guru atau pelaut.
   Budi adalah guru.
Maka Budi bukan pelaut.
Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
   Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
   Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.




Sumber :  http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme

PENALARAN



PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasiempirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yangsejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisiyang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yangsebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Definisi Penalaran Menurut Para Ahli :
Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoningmerupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
 Ciri – Ciri Penalaran
Dilakukan dengan sadar,
Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui,
Sistematis,
Terarah, bertujuan,
Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru,
Sadar tujuan,
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh,
Pola pemikiran tertentu,
Sifat empiris rasional
PROPOSISI

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antarasubjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas


Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.

b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.

Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.

b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.

Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.

b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.

Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.

b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.

INFERENSI dan IMPLIKASI
 
Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari  jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode inferensi :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku membacanya di dapur.
Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.
Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil makanan kecil.
Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku kuletakkan di meja samping ranjang.
Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka kacamata ada di meja dapur.
Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
1.       p → q
2.       r  v s
3.       r → t
4.       ~q
5.       u → v
6.       s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1.        p → q                                               3. r  v  s
~p ___~q                                            r__ ~s
2.       s → p                                                 4. r → t
~s__~p r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu

Implikasi adalah Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “Jika….maka….”  disebut Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical dengan notasi
p => q
Dibaca :
jika p maka q
q jika p
p adalah syarat cukup untuk q atau
q adalah syarat perlu untuk p


WUJUD EVIDENSI
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalahevidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.


CARA MENGUJI DATA
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujia-pengujian melalui cara-cara tertentu. Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
a.      Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka diperlukan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
b.      Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk itu pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan itu.
c.       Autoritas
Cara ketiga yang dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu.

CARA MENGUJI  FAKTA
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
a.      Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
b.      Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.

CARA MENILAI AUTORITAS
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan-bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu untuk menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut.
a.      Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri. Autoritas juga tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Untuk mengetahui apakah autoritas itu tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat dan kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah autoritas itu mempunyai interes yang khusus terhadap sesuatu.
b.      Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Semua itu diperlukan untuk memperkokoh kedudukan pendapatnya, berdasarkan pengalaman-pengalaman dan penelitian-penelitian yang dilakukannya. Tetapi sekurang-kurangnya  pendidikan serta pengalaman-pengalaman sebagai tampak dari tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan pada penulis tentang autoritasnya.
c.       Kemashuran dan prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Akan sangat salah ketika pendapatnya itu diambil dari orang yang tidak kompeten pada bidangnya dan dikutip dan diperlakukan sebagai autoritas tanpa mengadakan penilaian sampai dimana kebenaran pendapatnya itu.
d.      Koherasi dan kemajuan
Hal keempat yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pendapat yang diberikan oleh autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terakhir dari ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga dapat mencetuskan pendapat yang lebih baik. (Eyang kalabahu)


Sumber :  
http://iyano.wordpress.com/2011/05/03/abstrak/

http://vinnaindah.blogspot.com/