Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus)
dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premismayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah
tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal
dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan
tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan
(konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka
kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak
disenangi (mayor).
Sebagian pejabat
korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi
(konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak
sahdiambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus
tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah
politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat
kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah
diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang
menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah
satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga
mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga
mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka
tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang
ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang
melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term
redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya
akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
Kambing bukan
kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada
premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor
maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar
di langit.(mayor)
Januari adalah
bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek,
predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin adalah
tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.
SILOGISME HIPOTETIK
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya
berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagianantecedent.
Contoh:
Jika hujan saya
naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi
akan basah (mayor).
Sekarang bumi
telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent.
Contoh:
Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa
turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa
tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari
silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik.
Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan
konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah
= salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
SILOGISME ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada
di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada
di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
ENTIMEN
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
kesimpulan. Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam
sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak
menerima hadiahnya.
SILOGISME DISJUNGTIF
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya
merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor
adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
Silogisme disyungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
Heri jujur atau
berbohong.(premis1)
Ternyata Heri
berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur (konklusi).
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disyungtif dalam arti luas berarti premis mayornya
mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
Hasan di rumah atau
di pasar.(premis1)
Ternyata tidak di
rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang
dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih
atau tidak putih.
Ternyata Hasan
berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya
adalah
Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka
konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru
atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka
konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari
ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari
ke Yogyakarta
∴ Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar